EconoIdea Indonesia – NEW YORK. Bursa saham utama Wall Street mengalami penurunan di awal perdagangan Rabu (21/5). Investor mencermati perdebatan sengit seputar rencana pemotongan pajak Presiden AS Donald Trump, yang memicu kekhawatiran akan peningkatan utang negara.
Mengutip Reuters, pada pukul 09:34 ET, Dow Jones Industrial Average anjlok 352,28 poin (0,83%) ke level 42.324,96. S&P 500 turun 31,84 poin (0,54%) menjadi 5.908,62, dan Nasdaq Composite merosot 97,35 poin (0,51%) ke level 19.045,36.
Ke-11 subsektor S&P mengalami penurunan, dengan sektor teknologi informasi dan barang konsumsi mengalami dampak paling signifikan.
Pelemahan saham teknologi disebabkan oleh kenaikan suku bunga yang cenderung menurunkan nilai sekarang dari keuntungan di masa depan.
Saham Amazon memimpin penurunan di antara saham-saham besar dan saham pertumbuhan, dengan penurunan sebesar 1,5%.
Saham UnitedHealth Group merosot 5,1% menyusul laporan Guardian yang menyatakan bahwa konglomerat perawatan kesehatan tersebut diam-diam memberikan bonus ribuan dolar kepada panti jompo untuk mengurangi pemindahan pasien sakit ke rumah sakit.
HSBC juga menurunkan peringkat saham menjadi “reduce” dari “hold”.
Komite Aturan DPR menggelar sidang darurat pukul 1 pagi ET yang diperkirakan berlangsung hingga siang hari. Sidang ini terkait upaya Partai Republik mengatasi perselisihan internal mengenai pemotongan program kesehatan Medicaid dan keringanan pajak di negara-negara pesisir dengan biaya tinggi.
Analisis nonpartisan memperkirakan rencana yang diusulkan dapat menambah utang pemerintah sekitar US$ 3 triliun hingga US$ 5 triliun, di atas utang sebelumnya sebesar US$ 36,2 triliun.
“Kita melihat narasi keunggulan Amerika melemah. Ini proses alami dari sesuatu yang melemah setelah bertahun-tahun terkonsentrasi,” ungkap David Russell, kepala strategi pasar global di TradeStation.
“Kita seperti menambah bensin ke api dengan suku bunga dan ketidakpastian anggaran ini.”
Obligasi AS berada di bawah tekanan sejak awal pekan, setelah Moody’s menurunkan peringkat kredit negara tersebut. Pada Rabu, imbal hasil obligasi 30 tahun kembali naik ke 5,01%, dan imbal hasil obligasi acuan 10 tahun meningkat 5,2 basis poin menjadi 4,53%.
Bursa saham AS ditutup lebih rendah pada Selasa, dengan S&P 500 mengakhiri kenaikan enam hari berturut-turut, sementara Dow Jones mencatat penurunan pertama dalam empat sesi.
Meskipun mengalami kerugian, pasar saham AS menunjukkan kinerja positif secara keseluruhan bulan ini. S&P 500 telah naik lebih dari 17% dari titik terendahnya pada April, ketika tarif timbal balik Trump mengguncang pasar global.
Penghentian sementara tarif, gencatan senjata perdagangan AS-China, dan data inflasi yang terkendali telah mendorong kenaikan ekuitas, meskipun S&P 500 masih sekitar 3% dari rekor tertingginya.
Perusahaan sekuritas Morgan Stanley menaikkan posisi ekuitas AS menjadi overweight, dengan alasan bahwa ekonomi global masih tumbuh, meskipun lambat, di tengah ketidakpastian kebijakan.