EconoIdea Indonesia JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menembus level psikologis 7.000. Pencapaian ini diraih pada Kamis (15/5), dengan IHSG mencapai 7.040,16, meningkat 0,86% dari hari sebelumnya.
Penguatan berlanjut pada Jumat (16/5), di mana IHSG naik ke level 7.106,52, atau meningkat 0,94% secara harian. Terakhir kali IHSG berada di atas 7.000 pada penutupan Bursa 5 Februari 2025, tepatnya di angka 7.024,22.
Aliran masuk dana asing menjadi salah satu faktor pendorong kenaikan IHSG. Pada Jumat pekan lalu, investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 528,85 miliar di seluruh pasar. Sepanjang pekan, net buy asing mencapai Rp 1,38 triliun.
Head of Equity Research BRI Danareksa Sekuritas, Erindra Krisnawan, menilai kesepakatan tarif impor antara Amerika Serikat (AS) dan China sebagai pendorong utama kembalinya dana asing.
“Kesepakatan ini mendorong aliran dana kembali ke aset berisiko, termasuk pasar emerging market,” ujar Erindra kepada KONTAN.
Ia menambahkan, pasar Indonesia tergolong menarik dibandingkan pasar emerging market lainnya, didukung proyeksi pertumbuhan earning per share (EPS) IHSG sebesar 4% dan rasio price earning (PE) 11,8 kali.
Secara domestik, sentimen positif terlihat pada kuartal I-2025, terutama berkat kejelasan struktur manajemen BPI Danantara dan bank-bank BUMN. Dividen dan aksi buyback saham juga turut memberikan sentimen positif.
Harapan akan penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan peningkatan pengeluaran fiskal pemerintah pada kuartal II-2025 juga turut menopang optimisme.
VP Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, mencatat anomali pergerakan IHSG pada Mei 2025. Meskipun sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) IHSG menguat 0,38%,
prediksi sell in May and go away terbukti keliru. Sepanjang Mei 2025, IHSG justru naik 5%, berbeda dengan penurunan 3,64% pada Mei 2024, di mana investor asing mencatatkan net sell Rp 14,20 triliun.
Sebagai perbandingan, IHSG melemah 4,08% (mom) pada Mei 2023, namun saat itu investor asing masih mencatatkan net buy Rp 1,67 triliun.
Prospek IHSG
Audi menilai, valuasi IHSG yang murah pasca aksi jual asing pada saham-saham blue chip berpotensi mendorong kenaikan IHSG. Oleh karena itu, IHSG berpeluang menutup Mei 2025 dengan penguatan.
De-eskalasi antara AS dan China turut meningkatkan optimisme investor global. Dalam skenario optimistis, IHSG diperkirakan akan menutup Mei 2025 di kisaran 7.225-7.250.
Sementara itu, skenario moderat memproyeksikan IHSG di rentang 7.150-7.200, dan skenario pesimistis di rentang 6.950-7.000.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menambahkan bahwa IHSG berpotensi bertahan di atas 7.000 pada akhir Mei 2025 jika kondisi tetap kondusif.
“Namun, sentimen pasar sangat dinamis. Investor perlu berhati-hati,” imbuhnya.
Dari perspektif teknikal, Nico menilai pasar telah jenuh jual. Ia memprediksi pergerakan IHSG di rentang 6.900-7.150 hingga akhir Mei 2025. Untuk strategi trading, ia merekomendasikan saham perbankan yang telah menunjukkan kenaikan signifikan, serta saham di sektor konsumer dan energi.
Audi merekomendasikan pembelian BMRI dan BBNI dengan target harga masing-masing Rp 5.450 dan Rp 4.480 per saham.
BMRI Chart by TradingView
Selain itu, ia menyarankan trading buy BREN dengan target Rp 8.000, serta pembelian TLKM dan BBCA dengan target harga masing-masing Rp 2.830 dan Rp 9.250.