Perang Tarif Mereda: IHSG Berpotensi Tembus 7.100 di Kuartal II 2025

EconoIdea Indonesia – Pelonggaran perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok telah memberikan angin segar bagi pasar saham global, termasuk Indonesia. Namun, tantangan tetap ada, terutama dari data ekonomi domestik yang menunjukkan tren penurunan.

“Redanya ketegangan perdagangan AS-Tiongkok berdampak positif terhadap pasar modal internasional, termasuk IHSG yang berpotensi melanjutkan penguatannya sejak titik terendah di awal April,” ungkap Farash Farich, Chief Investment Officer BNI Asset Management, Kamis (15/5).

Menurutnya, kesepakatan tarif, meskipun belum final, memberikan sentimen positif bagi investor. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyebutnya sebagai jeda strategis untuk mencegah kerusakan jangka panjang, karena kesepakatan penuh mungkin memakan waktu dua tahun atau lebih.

Farash menjelaskan, kesepakatan ini menunjukkan pendekatan pragmatis AS dan Tiongkok, yang tampaknya lebih memprioritaskan pencegahan dampak ekonomi sistemik dan risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi.

“Pasar saham Indonesia diuntungkan oleh perkembangan ini. Valuasi IHSG, berdasarkan rasio price-to-earning, masih di bawah rata-rata historisnya, bahkan lebih rendah dibandingkan rata-rata historis valuasi pasar saham negara berkembang di Asia. Ditambah lagi, kepemilikan asing di pasar saham kita berada di level terendah dalam 10 tahun terakhir,” jelasnya.

Martha Christina, Head of Investment Information Mirae Asset, menyarankan investor untuk memanfaatkan momentum ini sambil memperhatikan kinerja kuartal I 2025. Meskipun koreksi masih mungkin terjadi, dampaknya diperkirakan terbatas, seiring dengan sentimen positif dari kesepakatan AS-Tiongkok.

“Potensi penguatan pasar saham mulai terbatas karena aksi profit taking. Strategi yang tepat adalah memanfaatkan momentum trading dan membeli saham yang melemah (buy on weakness), khususnya emiten dengan kinerja kuartal I 2025 yang baik,” sarannya.

Saat ini, tekanan jual masih terasa di pasar saham, tercermin dari nilai jual bersih investor asing yang mencapai Rp 35 triliun sejak awal tahun, meskipun telah menunjukkan tren positif dalam sebulan terakhir.

Ia mencatat setidaknya 13 saham dengan kinerja positif di kuartal pertama tahun ini, dengan beberapa pilihan utama seperti CPIN, ANTM, ARTO, RALS, dan DKFT. Mengingat sentimen saat ini, emas tetap menjadi instrumen safe haven, sehingga saham-saham terkait emas seperti ANTM, HRTA, ARCI, dan BRMS bisa menjadi pilihan investasi.

Martha Christina memproyeksikan IHSG akan berada di kisaran 6.800 hingga 7.100 pada kuartal II 2025. “Target 6.900 masih masuk akal hingga kuartal II 2025,” ujarnya dalam Media Day di kantornya.

Ketegangan perang dagang global, terutama kebijakan tarif impor AS, diperkirakan akan mereda di masa mendatang. Tidak banyak perkembangan baru, tinggal menunggu finalisasi kesepakatan.

Terkait kondisi domestik, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan melambat di kuartal II 2025, kecuali jika pemerintah menerapkan kebijakan progresif baru.

Categories: