Jerome Powell, Ketua Federal Reserve (The Fed), menyatakan bahwa suku bunga jangka panjang kemungkinan akan tetap tinggi. Hal ini merespons perubahan kondisi ekonomi dan ketidakpastian kebijakan yang ada. Ia mencatat lima tahun terakhir menunjukkan dinamika ekonomi baru yang signifikan, berbeda dari peninjauan kebijakan terakhir pada 2020. Pernyataan ini disampaikan Powell dalam konferensi riset Thomas Laubach di Washington, Kamis (15/5/2025).
Powell menjelaskan bahwa lonjakan inflasi pascapandemi memaksa The Fed melakukan kenaikan suku bunga paling agresif dalam sejarahnya. Saat ini, suku bunga pinjaman berada di kisaran 4,25 hingga 4,5 persen, jauh berbeda dengan era suku bunga mendekati nol pasca krisis 2008.
“Kita mungkin memasuki periode guncangan pasokan yang lebih sering dan mungkin lebih bertahan lama—tantangan yang berat bagi ekonomi dan bank sentral,” ujar Powell, dikutip dari CNBC International, Kamis (15/5/2025).
1. Inflasi yang lebih tinggi mendorong revisi panduan kebijakan
Powell menekankan bahwa meskipun ekspektasi inflasi jangka panjang masih selaras dengan target 2 persen, volatilitas inflasi di masa depan menjadi perhatian utama. The Fed mengakui kerangka kebijakan sebelumnya tidak lagi memadai untuk menghadapi perubahan ekonomi yang drastis ini.
Revisi kerangka kebijakan yang sedang dipertimbangkan akan memperhitungkan berbagai faktor. Ini termasuk bagaimana The Fed mengkomunikasikan ekspektasi ke depan dan tinjauan ulang atas kelemahan kebijakan sebelumnya. Pada 2020, The Fed mengumumkan pendekatan target inflasi rata-rata yang fleksibel, namun pendekatan ini terbukti kurang efektif saat inflasi melonjak pascapandemi.
Sal Guatieri dari BMO Capital Markets menilai perubahan arah kebijakan saat itu tidak membantu situasi.
“Saya tidak mengatakan itu penyebab lonjakan inflasi tertinggi dalam empat dekade, tetapi kemungkinan besar tidak membantu,” kata Guatieri dalam catatannya, dikutip dari Morning Star, Kamis (15/5/2025).
2. The Fed meningkatkan komunikasi di tengah gejolak global
Powell menyoroti pentingnya meningkatkan transparansi komunikasi The Fed untuk menyampaikan ketidakpastian ekonomi secara lebih akurat, meskipun komunikasi saat ini dianggap efektif oleh para akademisi dan pelaku pasar.
“Kami akan meninjau cara meningkatkan komunikasi agar lebih akurat mencerminkan ketidakpastian,” katanya.
Langkah ini sangat penting mengingat meningkatnya guncangan global yang beragam dan tak terduga.
The Fed juga akan meninjau kembali metode memproyeksikan arah kebijakan melalui prediksi suku bunga. Selama ini, lembaga tersebut menggunakan “dot plot” berdasarkan pandangan masing-masing pejabat. Namun, kini dipertimbangkan untuk menambahkan skenario alternatif dalam proyeksi resmi.
3. Rencana lima tahun The Fed belum memiliki tenggat waktu pasti
Peninjauan kebijakan ini bertujuan untuk menghasilkan panduan strategis lima tahun ke depan, meskipun belum ada tenggat waktu yang ditetapkan. Powell hanya menyebutkan bahwa proses ini akan selesai dalam beberapa bulan mendatang, tanpa merinci tanggal pasti.
Dalam peninjauan terakhir pada 2019, The Fed dinilai gagal mempersiapkan diri untuk lonjakan inflasi. Saat itu, mereka berasumsi bahwa faktor global yang bergerak lambat akan tetap mendominasi perekonomian. Pandangan ini terbukti salah ketika pandemi mendorong kenaikan harga yang drastis.
Sekarang, fokus utamanya adalah memperjelas posisi The Fed terkait kekurangan dalam pencapaian target inflasi dan ketenagakerjaan. Powell mengungkapkan beberapa peserta diskusi internal menganggap perlu untuk meninjau ulang formulasi kebijakan, termasuk soal toleransi terhadap inflasi di atas target.