Cadangan Mineral Bertambah, Cek Rekomendasi Saham Amman Mineral Internasional (AMMN)

EconoIdea Indonesia JAKARTA. PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) memiliki prospek kinerja positif jangka panjang berkat kemajuan signifikan proyek penambangan tembaga dan emas di Tambang Batu Hijau.

AMMN, melalui anak usahanya PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT), telah menyelesaikan Proyek Fase 7 di Tambang Batu Hijau pada akhir 2024. Penyelesaian ini menghasilkan cadangan mineral Fase 8 sekitar 460 juta ton, memperpanjang masa operasional tambang hingga 2030.

Produksi Fase 8 dimulai dari area terluar dan atas pit Batu Hijau dengan kadar logam lebih rendah, bertahap menuju bagian tengah dan dalam yang kaya bijih. Peningkatan produksi diproyeksikan dalam beberapa periode mendatang.

Vice President Corporate Communications Amman Mineral Internasional, Kartika Octaviana, menyatakan Fase 8 menunjukkan komitmen perusahaan terhadap konservasi mineral demi keberlanjutan operasional dan kontribusi nasional.

Fase 8 diluncurkan di tengah momentum global penting. Tembaga, komoditas utama Tambang Batu Hijau, krusial untuk transisi energi bersih. Wood Mackenzie memprediksi lonjakan permintaan tembaga seiring adopsi teknologi rendah karbon, termasuk kendaraan listrik dan infrastruktur energi terbarukan.

“Kami yakin Fase 8 akan menjadi tonggak kesuksesan berikutnya bagi Amman dan Indonesia,” ujar Kartika dalam siaran pers, Selasa (13/5).

AMMN akan melanjutkan penambangan Fase 8 hingga 2030, dengan potensi pemanfaatan stockpile hingga 2033.

Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, menilai transisi penambangan Fase 7 dan Fase 8 sangat menguntungkan kinerja AMMN jangka panjang. Cadangan mineral yang besar dan usia tambang yang panjang memungkinkan optimalisasi produksi di Tambang Batu Hijau.

“AMMN dapat meningkatkan produksi dan memenuhi permintaan sambil memantau harga komoditas seperti tembaga,” jelasnya, Kamis (15/5).

Kinerja AMMN pada kuartal I-2025 belum optimal, dengan penjualan bersih US$ 2,12 juta, turun 99,65% year on year (yoy) dibandingkan US$ 601,55 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Penurunan ini disebabkan oleh belum adanya volume penjualan tercatat, karena produksi katoda tembaga baru dimulai akhir Maret 2025. Penjualan bersih yang dilaporkan hanya mencerminkan harga mark to market pengiriman konsentrat kuartal sebelumnya.

Indy menilai, operasional smelter yang belum optimal menjadi penyebab pelemahan kinerja AMMN pada tiga bulan pertama tahun ini. Smelter AMMN masih dalam tahap commisioning dan memerlukan kalibrasi dan stabilisasi untuk beroperasi optimal.

Oleh karena itu, Manajemen AMMN mengajukan kembali izin ekspor katoda tembaga dan konsentrat untuk mencegah kelebihan pasokan.

Meski demikian, Indy optimistis kinerja AMMN akan membaik setelah kuartal I-2025, seiring peningkatan produksi yang akan mendorong pemulihan penjualan dan margin, meskipun harga komoditas berpotensi fluktuatif.

“Optimalisasi smelter dan efisiensi operasional akan menopang kinerja AMMN,” tambahnya.

Indy merekomendasikan buy on weakness saham AMMN dengan target harga Rp 8.500 per saham.

Senada, Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, merekomendasikan buy on weakness saham AMMN dengan support Rp 5.950 per saham dan resistance Rp 7.550 per saham, serta target harga Rp 7.900—8.500 per saham.

Categories: