EconoIdea Indonesia – “Kok dia beda banget ya, setelah menikah?” Pertanyaan ini mungkin sering muncul, menimbulkan kebingungan saat kita merasa asing dengan sikap pasangan setelah menikah.
Namun, perubahan tersebut bukan selalu pertanda perubahan karakter pasangan. Seringkali, hal ini mencerminkan pola hubungan emosional yang disebut attachment style.
Menurut Medwin Wisnu Prabowo, M.Psi., Psikolog, CH., CHt., attachment style atau gaya kelekatan merupakan pola interaksi dan pembentukan hubungan seseorang dengan orang terdekat secara emosional, terutama pasangan hidup.
Apa itu attachment style?
Konsep attachment style pertama kali diperkenalkan John Bowlby, seorang psikolog Inggris. Gaya kelekatan ini terbentuk sejak masa kanak-kanak, dipengaruhi pola pengasuhan orangtua, dan berdampak hingga dewasa.
“Attachment style menggambarkan ikatan emosional kita dengan orang lain. Hal ini sangat memengaruhi cara kita membangun hubungan, termasuk pernikahan,” jelas Medwin dalam talkshow Radio Kesehatan Kemenkes, Kamis (22/5/2025).
Empat Tipe Utama Attachment Style
Psikolog Medwin mengidentifikasi empat tipe utama attachment style:
- Secure attachment
Individu merasa aman, percaya diri, dan mampu menjalin hubungan yang sehat dan saling mendukung.
- Anxious (cemas)
Cenderung merasa tidak aman, mudah curiga, dan sangat membutuhkan validasi dari pasangan.
- Avoidant (penghindar)
Menjaga jarak emosional, sulit terbuka, dan enggan terlibat dalam konflik atau kedekatan.
- Disorganized
Tipe paling kompleks, seringkali akibat trauma masa kecil. Individu mengalami kebingungan antara mendekat dan menjauh, serta kesulitan emosional yang mendalam.
Mengapa Attachment Style Tampak Setelah Menikah?
Sebelum menikah, banyak yang menampilkan “topeng sosial”, menciptakan citra tertentu untuk menarik pasangan. Namun, dalam keintiman pernikahan, topeng ini lepas, dan gaya relasi asli seseorang terlihat jelas.
“Attachment style paling terlihat dalam relasi sangat dekat, atau ‘lingkaran terdekat’. Di sinilah seseorang menunjukkan jati dirinya,” ujar Medwin.
Inilah yang menjelaskan mengapa seseorang tampak menyenangkan saat pacaran, namun menjadi tertutup atau menarik diri setelah menikah.
Dampaknya pada Pernikahan
Attachment style yang tidak aman dapat menimbulkan masalah pernikahan, seperti:
- Ketidakmampuan berkomunikasi jujur
- Perasaan ditinggalkan atau dicurigai tanpa alasan
- Penghindaran konflik atau kedekatan emosional
- Pertengkaran berulang dan tak terselesaikan
Jika dibiarkan, pola ini dapat membuat hubungan renggang, bahkan berujung perceraian.
Mengubah Attachment Style
Attachment style bukanlah takdir. Walaupun terbentuk sejak masa lalu, gaya kelekatan dapat diubah melalui:
- Kesadaran diri (self-awareness)
- Konseling dengan psikolog
- Membangun hubungan yang aman dan mendukung
- Terapi khusus seperti hipnoterapi (jika masalahnya kompleks)
“Keinginan untuk berubah adalah kunci. Perubahan bukan dari faktor eksternal, bahkan keluarga sekalipun. Tanpa keinginan diri, perubahan tak akan terjadi,” jelas Medwin.
Langkah Awal yang Dapat Dilakukan
- Kenali gaya kelekatan diri dan pasangan
- Pelajari karakteristik masing-masing tipe attachment style.
- Sadari pola berulang
- Apakah Anda atau pasangan sering menghindar, cemas, atau merasa tidak layak dicintai?
- Diskusikan dengan tenang dan terbuka
- Komunikasi adalah kunci. Hindari saling menyalahkan.
- Pertimbangkan bantuan profesional
Konseling pernikahan atau terapi dapat membantu membangun relasi yang lebih sehat.
Medwin menambahkan bahwa memahami attachment style dapat meningkatkan kualitas hubungan, memperkuat komunikasi, dan membangun ikatan yang lebih sehat.
Menurutnya, attachment style bukan sekadar istilah psikologi, melainkan cerminan cara kita mencintai, mempercayai, dan bertumbuh bersama orang lain.